ENGLISH IN NURSING

0

PENTINGNYA BAHASA INGGRIS UNTUK PERAWAT


Gambar terkait


Bahasa Inggris merupakan bahasa universal yang dipahami oleh hampir seluruh orang di berbagai negara. Kemampuan berbahasa menjadi salah satu aspek penunjang diri di zaman modern ini. Dengan bahasa, komunikasi dapat berlangsung. Perubahan keadaan khusunya di era globalisasi menuntut seorang perawat untuk dapat berkomunikasi dalam bahasa universal. (red: bahasa Inggris). Dalam praktiknya, tidak jarang seorang perawat bertemu pasien dengan bahasa yang berbeda, negara yang berbeda, dan lain-lain. Disini, kemampuan berbahasa yang mumpuni dapat membedakan cara perawat tersebut care terhadap pasiennya. Perawat yang dapat berbahasa Inggris, akan dapat menjelaskan tindakan atau prosedur, mengedukasi pasien, memberikan instruksi, mengetahui apa yang dirasakan pasien dan lain sebagainya dengan baik. Sehingga, hubungan saling percaya antar perawat dan pasien dapat terbangun. Berbagai keuntungan lain pun akan dapat dirasakan sejalan dengan kemampuan berbahasa.


-It's never too late to learn English-


Here is some abbrevations in English:
·         BP                                : Blood Pressure
·         HS                                : Heart Sounds
·         TPR                             : Temperature, Pulse, Respiration
·         Pt                                 : Patient
·         RIB                              : Rest in Bed
·         PO                               : Per-Orally
·         O/A                              : On Admission
·         O/E                              : On Examination
·         (H)PU                          : Has Passed Urine
·         NPU                             : Not Passed Urine
·         BO                               : Bowel
·         IV                                : Intra-Venous
·         IM                               : Intra-Muscular
·         NAD                            : Nothing Abnormal Detected
·         C/O                             : Complaining Off
·         RS                               : Respiratory System
·         CVS                            : Cardio-Vascular System
·         GIS                             : Gastro-Intestinal System
·         Y                                 : Yes
·         N                                 : No



SOP Pemberian Obat Tetes Mata dan Prosedur Irigasi Mata

0

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA

Blok                            : Sensori Persepsi
Jenis Keterampilan   : Prosedur Irigasi Mata dan Pemberian Obat Tetes Mata

Hasil gambar untuk obat tetes mata

No
Komponen
1
Persiapan Alat

a.       Cairan NaCl 0.9%
b.      Spuit 10cc atau spuit lain khusus mata yang steril
c.       Kapas basah bersih pada tempatnya
d.      Perlak dan pengalas
e.       Bengkok
f.        Handuk
g.      Obat tetes mata
h.      Kassa steril
i.        Saarung tangan
j.        Alat tulis

2
Fase Pra-Interaksi

a.       Cek catatan keperawatan
b.      Dapatkan informasi tentang klien
c.       Tetapkan kontrak pertama
d.      Cuci tangan
e.       Siapkan alat

3
Fase Orientasi

a.       Bina hubungan saling percaya
b.      Beri salam dan panggil namanya
c.       Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan
d.      Pasang skerem

4
Fase Kerja

a.      Irigasi Mata
1.      Atur posisi duduk atau terlentang dengan kepala miring kearah mata yang akan dicuci
2.      Letakkan perlak dan alasnya di bawah kepala jika terlentang, dan di dada jika duduk
3.      Letakkan bengkok atau anjurkan pasien untuk memegang bengkok jika memungkinkan
4.      Lap mata yang akan dicuci dengan kapas basah dari arah dalam keluar
5.      Isi spuit dengan cairan NaCl 0.9%
6.      Buka kelopakmata dengan kapas basah
7.      Semprotkan cairan perlahan-lahandi bagian tengah mata
8.      Setelah bersih, keringkan kelopak mata dengan menggunakan kassa steril serta wajah dengan menggunakan handuk

b.      Irigasi Mata
1.      Ambil kapas lalu tempelkan kapas dan tekan perlahan bagian kelopak mata bawah dengan menggunakan ibu jari kiri atau jari telunjuk di atas tulang orbita
2.      Minta klien untuk melihat ke langit-langit
3.      Teteskan obat mata dengan tangan dominan anda di dahi klien,pegang tetes mata kurang lebih 1-2 cm di atas sakus konjungtiva
4.      Teteskan obat sesuai instruksi kedalam sakus konjungtiva (biasanya 2-3 tetes setiap mata)
5.      Anjurkan pasien menutup mata selama 2-3 menit agar obat dapat masuk
6.      Bila klien berkedip atau menutup mata atau bila tetesan jatuh kepinggiran mata ulangi prosedur
7.      Bereskan alat
8.      Cuci tangan

5
Fase Terminasi

a.       Jelaskan prosedur telah selesai
b.      Beri reinforcement positif pada klien kontak pertemuan selanjutnya
c.       Akhiri hubungan dengan baik

6
Dokumentasi

a.       Cata pada status klien
b.      Respon  klien setelah hasil tindakan




PNEUMONIA (Asuhan Keperawatan Klien dengan Pneumonia)

0

PNEUMONIA
Asuhan Keperawatan Klien dengan Pneumonia


Hasil gambar untuk pneumonia


1. Pengertian
Pneumonia merupakan proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (Alveoli) dan dapat dikenali berdasarkan pedoman tanda-tanda klinis serta pemeriksaan penunjang seperti rontgen dan laboratorium (Wilson,2006).

2. Klasifikasi
       Pembagian pneumonia menurut dasar anatomis:
a. Pneumonia Infektif
               1. Pneumonia Lobaris
              2. Pneumonia lobularis(bronkopneumonia)
               3. Pneumonia khusus
b. Pneumonia Non-Infektif
               1. Aspirasi Pneumonia
               2. Lipid Pneumonia
               3. Eosinofilik Pneumonia
   ( Wijaya et al;2014)

Pembahasan
  • Pneumonia Lobaris adalah pneumonia Pneumokokus khas mengenai orang dewasa berumur antara 20 sampai 50 tahun . Pneumonia lobaris akibat Klebsiella mengenai individu berusia lanjut.
  • Aspirasi Pneumonia adalah pneumonia terjadi ketika cairan atau makanan terhisap masuk ke dalam paru, dan terjadi konsolidasi dan radang sekunder. Keadaan klinis yang merupakan resiko bagi penderita ialah pembiusan, operasi, koma, stupor karsinoma laring dan kelemahan hebat. Bagian paru yang terkena bermacam-macam,tergantung posisi tubuh penderita. Bila dalam keadaan tidur terlentang, daerah yang terkena adalah segmen apikal lobus bawah. Bila dalam keadaan tidur miring ke sisi kanan, daerah yang terkena ialah segmen posterior lobus atas.
  • Lipid Pneumonia adalah disebabkan faktor endogen akibat obstruksi saluran nafas yang menyebabkan terjadinya timbunan magkrofag dan sel raksasa disebelah distal. Keadaan ini sering ditemukan disebelah distal dari karsinoma bronkus atau benda asing yang terhirup.Lipid pneumonia dapat juga disebabkan oleh faktor eksogen, akibat terhirupnya material yangmengandung konsentrasi lipid yang tinggi. Material seperti ini misalnya paraffin cair atau tetes hidung berbentuk minyak.
  • Eosinofilik Pneumonia adalah pneumonia yang ditandai oleh banyak Eosinofil dalam interstisial dan alveoli. Dapat ditemukan sumbatan mukus pada bagian proksimal saluran nafas, seperti yang ditemukan pada asma, atau oleh Aspergillus, seperti pada bronkopulmoner aspergilosis.Kambuhnya radang bronkial dapat mengakibatkan destruksi dinding disertai penggantian oleh jaringan granulasi dan sel raksasa disebut Bronkosentrik Granulomatosis. Eosinofilik pneumonia dapat ditemukan sewaktu mikrofilaria pindah melalui sirkulasi paru. Ini  bersifat idiopatik, yang berkaitan dengan eosinofilia darah pada sindroma Loffler
  • Pneumonia bakteri adalah pneumonia yang ditandai dengan eksudat intraalveolar supuratif disertai konsolidasi
  • Pneumonia virus adalah pneumonia yang ditandai dengan peradangan interstisial yang disertai penimbunan infiltrat dalam dinding alveolus,meskipun rongga alveolar sendiri bebas dari eksudat dan tidak ada konsolidasi. Agen infeksinya fungus/Mycobacterium tuberculosis gambaran patologisà penyebaran granuloma berbecak yang dapat mengalami nekrosis kaseosa disertai pembentukan kavitas.
  • Pneumonia hipostatik adalah pneumonia yang sering timbul pada dasar paru yang disebabkan oleh napas yang dangkal ,dan terus menerus berada dalam posisi yang sama. Gaya gravitasi menyebabkan darah tertimbun pada bagian bawah paru ,dan infeksi membantu timbulnya pneumonia.
  • Pneumonia lobularis (bronkopneumonia) adalah Bronkopneumonia yang mempunyai karakteristik bercak-bercak. Distribusinya terpusat pada bronkiolus dan bronkus yang meradang disertai penyebaran ke alveoli sekitarnya. Sering terjadi pada orang usia lanjut, bayi dan penderita yang sangat lemah.

Hasil gambar untuk pneumonia

3. Faktor Resiko
·                      Asap rokok mengandung partikel seperti hidrokarbon polisiklik, karbon monoksida, nikotin, nitrogen oksida dan akrolein yang dapat menyebabkan kerusakan epitel bersilia, menurunkan klirens mukosiliar serta menekan aktifitas fagosit dan efek bakterisida sehingga mengganggu sistem pertahanan paru ( Sidhartani;1998)
·                     Imunisasi. WHO pada tahun 2006 menjelaskan terdapat tiga vaksin yang memiliki potensi dalam mengurangi pneumonia yaitu vaksin campak, Hib dan pneumokokus.Untuk menilai status imunisasi bagi bayi, biasanya dilihat dari cakupan imunisasi campak, karena imunisasi campak merupakan imunisasi terakhir yang diberikan pada bayi dengan harapan imunisasi sebelumnya sudah diberikan dengan lengkap  (Depkes;2009)
·                     Pemberian ASI. Nutrisi yang terkandung didalam ASI menjamin status gizi bayi sehingga angka kesakitan dan kematian anak menurun. Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi salah satunya yaitu pneumonia. (Efni et al; 2016)
·                      BBLR. Bayi dengan berat lahir rendah pembentukan zat anti kekebalan kurang sempurna, pertumbuhan dan maturasi organ dan alat-alat tubuh belum sempurna akibatnya bayi dengan berat berat lahir rendah lebih mudah mendapatkan komplikasi dan infeksi, terutama pneumonia dan penyakit pernafasan lainnya (Depkes;2010)

4. Etiologi
  • Infeksi mikroorganisme
  • Bakteri: Streptococus Pnemoniae, Staphylococus, Hemophillus Influenzae
  • Virus: Influenza, CMV.
  • Jamur: Candida, Aspergillus
  • Protozoa: Pneumocystis, Toxoplasma  (At a Glance Ilmu Bedah Ed.3 Hal. 163)

5. Prevalensi
        Di Indonesia, prevalensi kejadian pneumonia pada tahun 2013 sebesar 4,5 % (Kementrian Kesehatan RI). Selain itu, pneumonia merupakan salah satu 10 besar penyakit rawat inap di rumah sakit dengan proporsi kasus 53,95 % laki-laki dan 46,05 % perempuan. Pneumonia  memiliki tingkat crude fatality rate (CFR) yang tinggi, yaitu 7,6% (PDPI, hata). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, Prevalensi pneumonia pada usia lanjut mencapai 15,5% (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Pada tahun 2013, pneumonia ditemukan dengan prevalensi 3,1% di Sumatera Barat (Kementerian Kesehatan RI, 2013), di kota Padang jumlah kunjungan pengobatan pneumonia mengalami kenaikan dari tahun 2008 hingga 2013 (Dinas Kesehatan kota Padang, 2014), prevalensi pasien pneumonia komunitas di rawat inap RS Dr. M. Djamil padang pada 2012 adalah 16,6 %, sedangkan pasien rawat jalan  1,3% (PDPI, 2014). Berdasarkan data yang telah diuraikan diatas, maka kita dapat melihat tingginya angka kejadian pneumonia di dunia termasuk kota padang. Hal ini juga terlihat pada penderita pneumonia usia lanjut. Orang dengan usia 65 tahun atau lebih merupakan populasi yang rentan terserang pneumonia (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2014)

6. Manifestasi Klinis
      Gejala khas adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik non produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir,purulen, atau bercak darah), sakit dada karena Pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya adalah pasien lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut Tertekuk karena nyeri dada . Pemeriksaan fisik di dapatkan retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah saat bernafas, takipnue, kenaikan atau penurunan taktil fremitus, perkusi redup sampai pekak menggambarkan konsolidasi atau terdapat cairan pleura ronki,suara pernafasan bronkhial erdapat caiaran pleura,plueral friction.

7. Penatalaksanaan Medis
  1. Pemberian Antibiotik Oral
Beri antibiotik oral PILIHAN PERTAMA (KOTRIMOKSAZOL) bila tersedia. Ini dipilih karena sangat efektif, cara pemberiannya mudah
Antibiotik PILIHAN KEDUA (AMOKSISILIN) diberikan hanya apabila obat pilihan pertama tidak tersedia atau apabila dengan pemberian obat pilihan pertama tidak memberi hasil yang baik.

       2.  Pengobatan Demam
                    Penatalaksanaan demam tergantung dari apakah demam itu tinggi atau rendah.
JIKA DEMAM TIDAK TINGGI (<38,5OC)
                   Nasihati ibunya untuk memberi cairan lebih banyak. Tidak diperlukan pemberian parasetamol.
JIKA DEMAM TINGGI (>38,5OC)
             Anak dengan demam tinggi bisa diturunkan dengan parasetamol sehingga anak akan merasa lebih enak dan makan lebih banyak. Anak dengan pneumonia akan lebih sulit bernapas bila mengalami demam tinggi. Beritahukan ibunya untuk memberikan parasetamol tiap 6 jam dengan dosis yang sesuai 
          3.  Pengobatan Wheezing
Pada bayi berumur <2 bulan: wheezing merupakan tanda bahaya dan harus dirujuk segera.
Pada kelompok umur 2 bulan - <5 tahun: penatalaksanaan wheezing dengan bronkhodilator tergantung dari apakah wheezing itu merupakan episode pertama atau berulang.
              Bronkhodilator adalah obat yang membantu pernapasan anak dengan jalan melebarkan saluran udara dan melonggarkan spasme (penyempitan) bronkhus.Bila anak mengalami distres pernapasan: Berilah bronkhodilator kerja cepat (rapid acting) sehingga pernapasan anak sudah membaik sebelum dirujuk. Kalau di Puskesmas tidak tersedia bronkhodilator kerja cepat, berilah satu dosis bronkhodilator oral.

8. Pemeriksaan Penunjang
  • Gambaran Radiologis. Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air broncogram, penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti. Foto toraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi. Misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering diakibatkan oleh Streptococcus pneomoniae. Gambaran radiologis pada pneumonia tidak dapat menunjukkan perbedaan nyata antara infeksi virus dengan bakteri. Pneumonia virus pada umumnya menunjukkan gambaran ifiltrat interstisial dan hiperinflasi. Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumoniae sering menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus
  • Pemeriksaan Laboratorium. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya lebih dari 10.000/uI, kadang mencapai 30.000 /uI, dan pada hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Dalam keadaan leukopenia laju endap darah (LED) biasanya meningkat hingga 100.000/mm3. Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan sputum, kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif pada 20-25 % penderita yang tidak diobati. Analisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.Pemeriksaan sputum: Sediaan apusan langsung
•Kultur dahak
•Cara pengambilan sputum :
  Pasien mula-mula berkumur dengan aquades, setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian membuang sputumnya. Dahak ditampnung dalam botol steril dan ditutup rapat. Sputum segera dikirim ke lab tidak boleh lebih dari 4 jam.
   Kriteria sputum yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biakan yaitu bila ditemukan sel PMN >25/Ipk dan sel epitel <10/Ipk

 9. Komplikasi
1.      Pneumokokus
•Lokal: Atelektasis, penyembuhan yang terlambat, dan abses paru. Abses paru jarang terjadi pada pneumonia pneumokokus kecuali pada tipe III.
            •Penjalaran ke sekitarnya: Empiema, perikarditis, efusi pleura, bakteriemia menunjukan infeksi yang berat.

2.     Pneumonia Myocoplasma.Biasanya jarang fatal. Jarang terjadi namun bisa dapat amat serius. Dapat terjadi meningitis atau meningoensefalitis yang kadang – kadang fatal. Komplikasi lain meliputi psikosis toksis, hemolisis intravaskuler fulminal, gagal ginjal, DIC, purpura trombositopenik, tromboflebitis dengan emboli paru, artritis, perikarditis, miokarditis, sindrom Guillain – Barre, sindrom Steven Johnson, kematian tapi sangat jarang dilaporkan.


10. Asuhan Keperawatan


DATA FOKUS
Data Subjek
Data Objek
1.      Klien mengeluh demam
2.      Klien mengeluh menggigil
3.      Klien mengeluh batuk disertai dahak berwarna merah coklat (sputu ruva) dan kadang kadang berwarna hijau dan purulen. Disertai darah dari mulai sedikit hingga banyak
4.      Klien mengeluh sesak napas
5.      Klien mengeluh nyeri dada (nyeri pleuritik) terutama saat menarik napas dalam (pleuritic pain)


1.      Suhu tubuh klien mencapai 40⁰C
2.      Terdapat banyak sel PMN (poly morpho nuclear) pada sputum dan leukositosis
3.      LED (laju endap darah) meningkat
4.      Hasil AGD dan torak foto : hipoksemia dan infiltrasi dan konsolidasi dengan “air bronchogram”
5.      Klien mendapat terapi antipiretik
6.      Klien mendapat antibiotik penicillin
7.      Klien mendapat oksigen sesuai kebutuhan
8.      Klien mendapat infus naCl 0,9%
  

ANALISA DATA
NO
Data Fokus
Problem
Etiologi
1
DS :
-          Klien mengeluh batuk disertai dahak berwarna merah coklat (sputu ruva) dan kadang kadang berwarna hijau dan purulen. Disertai darah dari mulai sedikit hingga banyak


DO:
-          Terdapat banyak sel PMN (poly morpho nuclear) pada sputum dan leukositosis
-          Hasil AGD dan torak foto : hipoksemia dan infiltrasi dan konsolidasi dengan “air bronchogram”
-          klien tampak gelisah
-          terjadi perubahan frekuensi napas

Ketidakefektifan bersihan jalan napas (00031)
Obstruksi jalan napas : mukus berlebihan
2.
DS:
-          Klien mengeluh nyeri dada (nyeri pleuritik) terutama saat menarik napas dalam (pleuritic pain)
DO:
-          Wajah klien tampak meringis saat menarik napas dalam
-          Klien tampak gelisah
Nyeri Akut
(00132)
Agen cedera biologis
3.
DS :
-          Klien mengatakan demam
-          Klien mengeluh menggigil

DO :
-          Suhu tubuh klien mencapai 40⁰C
-          Klien mendapat terapi antipiretik
-          Wajah klien memerah
-          Klien tampak gelisah

Hipertermia  (00007)
Penyakit

DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO
Diagnosa Keperawatan
1.
Ketidakefektifan bersihan jalan napas bd obstruksi jalan napas : mukus berlebih (00031)
2.
Nyeri Akut b.d agen cedera biologis(00132)
3.
Hipertermi b.d penyakit (00007)



INTERVENSI
Hari/
tanggal
Diagnosa
Tujuan
Dan kriteria hasil
Intervensi

Ketidakefektifan bersihan jalan napas bd obstruksi jalan napas : Mukus berlebihan
Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapakan Ketidakefektifan bersihan jalan napas dapat teratasi, dengan kriteria hasil :
1.      Klien tidak batuk dan tidak ada dahak
2.      Tidak terjadi perubahan frekuensi napas
3.      Klien tidak terlihat gelisah

Manajemen jalan napas : (3140)
1.      Lakukan fisioterapi dada
2.      Buang secret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk dan menyedot lender
3.      Instruksi agar bisa batuk efektif
4.      Auskultasi suara napas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak ada dan adanya suara tambahan

Nyeri akut bd agen cedera biologis
Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapakan nyeri akut dapat teratasi, dengan kriteria hasil:
1.      Klien tidak merasa nyeri saat napas dalam
2.      Klien tidak meringis kesakitan
Manajemen nyeri (1400) :
1.      Lakukan pengkajian nyeri komperhensif yang meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau berat nyeri dan factor pencetus
2.      Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalamn nyeri dan sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri
3.      Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri
4.      Gali bersama pasien factor-faktor yang dapat menurunkan atau memperberat nyeri
5.      Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan

Kolaborasi :
Pastikan perawatan analgesi bagi pasien dilakukan dengan pemantauan yang ketat

Hipertermia b.d penyakit
Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapakan hipertermia dapat teratasi, dengan kriteria hasil:
1.      Klien tidak demam
2.      Suhu klien normal 36,5 -37,5⁰C
3.      Wajah klien tidak memerah
Perawatan Hipertermia (3786) :
-          Monitor tanda tanda vital
-          Hentikan aktivitas fisik
-          Tempatkan pasien pada air dingin yang dapat ditoleransi pasien untuk menghindari menggigil
-          Monitor adanya komplikasi
Kolaborasi :
-          Klien mendapat oksigen sesuai kebutuhan
-          Dengan dokter pemberian terapi antipiretik
-          Klien mendapat infus naCl 0,9%
-          Berikan obat anti menggigil sesuai kebutuhan